Mengerti Sesuatu Yang Tidak Dikatakan

Friday, December 2, 2016


Mengerti Sesuatu Yang Tidak Dikatakan

Entah kenapa saat hujan turun aku merasa sangat sedih, tak tahu pasti apa yang dirasa ingin rasanya menangis menyalahkan dan memarahi semua orang, meluapkan semua emosi yang ada, berlari, berteriak sendiri. Hujan yang turun mulai perlahan meneteskan butiran air terdengar keras di telinga saat ia membenturkan diri ke atap rumahku, didalam kamar aku mulai menikmati suara hujan itu, rasa dingin mulai menusuk kulit terasa ditulang bukan sekujur tubuh yang terasa dingin tetapi hati ini mulai terasa sangat dingin, seolah air mata mulai merendam Hati.

Tidak banyak yang aku rasa saat hujan turun, hati ini teringat sesuatu yang membuat luka lama tergores kembali, entah sampai kapan hati ini terasa terus begini, lelah sudah pasti setiap kali mendengar dan merasa dinginnya hujan aku teringat sesuatu. Sekali lagi entah sampai kapan aku terus meresakan semua ini. Tidak banyak yang harus dilakukan untuk mengubah semua menjadi lebih sederhana hanya cukup dengan kata Ikhlas saja semua akan selesai tetapi memang mudah mengatakan atau menulis berbanding terbalik dengan melakukannya tidak sesederhana menulisnya. 

Ini hanya masalah sebuah rasa dimana mengingatkan pada masa lalu yang aku juga tidak mengetahi banyak apa yang sebenarnya terjadi hanya bisa menganalisa setiap hal yang sudah terjadi mengikuti ritme hati, yang membuat ku resa mungkin adalah masa lalu pasangan ku yang membuat merasa tidak memiliki dia seutuhnya, meski itu hanya perasaan saja semua wajar terjadi karena aku juga manusia biasa yang tidak lepas dari rasa yang sama seperti pada umumnya manusia normal, punya rasa sedih, cemburu, marah, sakit, dan rasa sejenisnya.

Terkadang hati ini mulai bertanya apakah aku istimewa dimata atau sama dimatanya dengan kekasih lamanya atau tidak ada beda aku dengan pasangan dia yang dulu, atau jangan-jangan dia menjalani rutinitas dan mengulangkannya pada ku, kadang hati ini menunggu sebuah penjelasan dari sang pasangan agar hati tenang, tetapi disisi lain aku sadar kemampuannya tidak sama dengan ku, dan aku harus betul-betul paham sesuatu yang tidak harus dikatakan dan dirasa harus dimengerti, antara cinta dan trauma sampai kapan ini akan terjadi.

Padahal sebenatar lagi aku akan menjadi seorang Ayah, semoga saat itu semua terjadi dan sudah dekat saat hujan turun aku tidak lagi merasakan kesedihan yang sama, karena ada satu hal yang harus dijaga setidaknya ikatan itu menjadi lebih erat, mungkin suatu saat nanti saat aku mendengar hujan tidak akan merasa dinginnya hati tetap badan yang merasa dingin tanpa hati merasakannya, bila hari ini terus berlajan sama perlahan aku menyiksa diri dan membebani masalah yang telah usai pula.

Memang benar seperti kata orang bijak jika seseorang tidak bisa berdamai dengan masa lalunya atau masa lalu pasangan sudah pasti hal itu akan merusak masa depan, aku akan terus mencoba melatih hati untuk tetap tegar dan terbiasa dengan semua rasa sakit ini, disaat seperti inilah pula merasa bahwa  diri sekarang bukanlah aku yang dulu, tidak ada lagi hati sekeras batu, ego yang memuncak tidak mau kalah dan rasa sedih yang mudah diabaikan. Kini aku menjadi Laki-Laki dewasa yang rapuh semakin hari bukan semakin kuat malah semakin rapuh.

Aku ingin seperti dulu yang selalu kuat dalam menghadapi semua rasa termasuk sakit hati karna luka lama, meski aku harus mengurangi rasa cinta ini untuk mendapatkan kembali hati ku yang dulu akan ku coba, tetapi jika itu tidak berhasil aku tidak akan menyerah semudah itu meski sulit ini bukan waktunya menyerah biarlah air mata ini menetes saat hujan turun , atau sampai menunggu semua air mata ku mengering karena terlalu sering menangis itu pun tetap ku lakukan.

Setiap awal pasti ada akhirnya aku tidak ingin seperti ini merasakan semua hal yang tidak penting menjadi penghancur masa dimana aku akan terus tumbuh, berdiri, berlari dan hingga Mati, sekarang seharusnya aku mensyukuri semua nikmat yang diberikan tuhan atas doaku selam 12 tahun ini setidaknya Tuhan memberikan dia untuk ku sekarang, Jika semua dirasa sudah cukup aku ingin membuang semua mimpi, harapan, angan-angan cita-cita hidup ku agar otak ini berhenti dan tak lagi bernafas setidaknya setelah aku bisa mensyukuri semua anugrah terindah yang diberikan sang Pencipta pada ku.

Tugas ku adalah menjaganya, biarkan setiap rintikan hujan menjadi saksi bahwa air mata ini akan menetes seperti air hujan yang jatuh meski aku berada ditempat yang berbeda dan pada suasana berbeda pula semua itu akan menjadi sebuah rintikan yang sangat berarti bagi ku. Sang Puteri kini sudah resmi menjadi Istri tetapi entah itu disengaja atau tidak Dia sering menceritakan tentang pengalaman pahitnya bersama mantan apalagi saat kami kehujanan disela-sela tawa kami tanpa tersadar air mata Sang Puteri jatuh saat hujan turun.

Pada awalnya aku bingung apa yang sebenarnya terjadi dengan Istri ku, karena dia tidak mau menceritakan secara langsung apa yang sedang terjadi mengapa saat hujan air matanya ikut menetes, sempat berfikir apakah dia tidak bahagia menikah dengan ku atau aku hanya menjadi pengganti mantan yang kebetulan mirip dengan ku, entahlah disuatu hari kami pun menjalani rutinitas seperti biasa tanpa disadari hujan mulai mengguyur kami hal hasil seluruh tubuh basah, saat aku menanyakan apakah kita harus berhenti.

Istri ku pun berkata "Kita lanjutkan perjalanan ngak usah berhenti" aku pun menjawab " Saat ini hujan turun lebat" tanpa ia sadari sang puteri berkata " Ah sudah biasa kehujanan seperti bahkan jauh lebih parah" tanpa disadari bahkan tanpa aku meminta diatas motor ia bercerita tentang kejadian masa lalu dulu trauma perna mendapatkan mantan yang kasar bahkan dia dulu sempat ingin menikah sebelum bertemu aku.

Dalam ceritanya dia dulu pernah dibiarkan kehujanan berjam-jam lamanya oleh mantannya karena salah paham, kadang ia bercerita dalam suasana hujan sering ditinggal pergi sendiri meski Sang Puteri membujuk dengan cara tetap berada disatu tempat berharap sang kekasih menjemput dan membujuknya tetapi sampai hujan reda tidak ada yang menjemput, meski perilaku mantannya yang buruk terus dirasa tetapi ingin katanya bertahan dengan kondisi itu untuk sekedar mempertahankan hubungan.

Sebagai seorang suami yang mendengarkan curhatan istri atas perilaku buruk laki-laki lain yang menyakiti dengan sikap dan kata-kata, aku pun merasa sangat marah dan ingin rasanya menghajar laki-laki itu karena telah menyia-nyiakan orang sebaik sang puteri, dalam kondisi yang sama aku terus menahan diri walaupun melihat Sang Istri menceritakan pedihnya masa lalu padahal dalam hati kecil ini aku merasa cemburu sekali mendengar cerita itu.

Tetapi terus ku coba, itu adalah kali pertama Sang Istri bercerita tentang pengalaman pahit saat ditinggalkan ditengah hujan lebat apalagi kondisi perjalanan saat itu masih jauh, ternyata memang benar sampai saat ini Sang Puteri belum bisa melupakan kenangan masa lalu meski tidak lama lagi ia akan menjadi seorang Ibu dari anak ku, tetap saja masa lalu itu terus membuatnya merasa sangat sedih terutama saat hujan turun dalam waktu yang bersamaan ia pasti menangis teringat tentang masa lalu sering dicampakan pada waktu hujan.

Entah apa yang harus ku lakukan sebagai seorang suami, untuk menegur atau mengatakan bahwa cerita masa lalu itu membuat hati ku cemburu dan menangis, sampai saat ini aku menyimpan apa yang sedang dirasa, walapun dalam hati ingin rasanya mengatakan bahwa kisah kenagan masa lalunya yang sering diingat dan diceritakan sekarang membuat aku terluka. Sampai kapan dia seperti itu mendengar hujan ia menangis.

Aku sangat ingin mengatakan bahwa semua itu sudah berlalu jangan biarkan masa lalu merusak masa depan ini, tetapi lagi-lagi sampai tulisan ini dibuat tetap saja kata-kata itu tidak mampu keluar dari mulut, Mungkin memang benar aku harus benar-benar paham atau mengerti dengan sesuatu yang tidak dikatakan tetapi harus dimengerti, semoga Sang Istri membaca tulisan ini, ketahuilah bahwa air matanya sekarang adalah air mata ku juga. Aku sadar bahwa masa lalu Istri entah itu buruk atau baik bahagia atau mengecewakan seringkali jika diceritakan akan melukai hati seorang suami.

Dan pada akhirnya aku benar-benar terluka, saat ini dikala hujan turun akupun meneteskan air mata karena melihat sang Istri tidak bisa mengikhlaskan tentang masa, aku yakin ia tidak bermaksud untuk melukai hati ini karena kadang aku diam-diam memperhatikan air mata Istri tanpa disadari jatuh sendiri saat mendengar hujan, mungkin trauma itu sangat membekas, ketahuilah bahwa itu adalah masa lalu dan kini ada hal yang lebih penting dari sekedar masa lalu yaitu masa depan Suami dan Calon Anak. Rasanya ingin sekali mengatakan bahwa aku sangat cemburu tetapi mulut ini tidak mampu berkata meski mencobanya berulangkali. Biarlah Sang Istri juga mengerti sesuatu yang tidak dikatakan, bahwa semua itu tanpa ia sadari telah menyakiti hati ini. Semua itu karena aku sangat sayang padanya.

{ 0 comments... read them below or add one }

Post a Comment